Alfred Riedle Tidak Mementingkan Pemain Bintang

Sabtu, 22 Januari 2011

Tidak Mementingkan Pemain Bintang
Sabtu, 22 Januari 2011 00:00 WIB      
Tidak Mementingkan Pemain Bintang




SEMUA orang mengakui Alfred Riedl menjadi sosok penting di balik penampilan gemilang timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2010 belum lama ini. Meski hanya menempati posisi runner-up, jasa terbesar pelatih timnas ini ialah berhasil membangkitkan euforia masyarakat terhadap persepakbolaan di Tanah Air.

Kini, Indonesia dihadapkan dengan kualifikasi Piala Dunia 2014, Olimpiade 2012, dan SEA Games 2011. Dan karena dianggap sukses melatih timnas, Riedl kembali didaulat untuk melecut anak asuhnya meraih prestasi. Lalu bagaimana pelatih asal Austria itu mewujudkan mimpi jutaan pencinta sepak bola Indonesia?

Riedl memang telah menjadi ikon baru sepak bola Indonesia. Meski terbilang muda dalam melatih tim Garuda--julukan lain timnas Indonesia, Riedl telah mampu memberikan cita rasa bermain bola yang indah. Karakter disiplin, taktik, ketegasan, dan wibawanya mampu mengangkat kualitas baik teknis maupun moral timnas.

Bagi Riedl, permainan bola adalah kualitas tim, bukan individual. Untuk membuktikan keyakinannya itu, sejak awal Riedl sudah menegaskan bahwa ia tidak sindrom dengan pemain bintang.

Mantan penyerang timnas Austria itu lebih suka merekrut bukan pemain bintang namun mampu mendukung harmonisasi tim. Itu ia buktikan dengan mencoret salah satu pemain timnas asal Papua Boas Solosa yang dinilainya kurang disiplin saat latihan.

Tidak itu saja, Riedl juga mencoret sejumlah pemain asing yang ikut seleksi timnas U-23 di tengah gencarnya naturalisasi yang dilakukan Badan Tim Nasional (BTN) PSSI belum lama ini.

Dari sekitar 10 pemain asing yang diundang BTN PSSI, hanya satu pemain yang dipilih Riedl untuk bergabung di timnas Indonesia U-23. Beberapa pemain bahkan sudah dicoret sebelum seleksi usai.

“Itu bukan keputusan sulit. Kami mencari tim terbaik dari awal. Ketika pemain asing tidak lebih baik dari pemain lokal, saya tidak akan memilih mereka meski mereka merupakan pemain bintang. Mereka tidak menunjukkan penampilan terbaik selama menjalani seleksi kemarin. Hal terutama adalah kedisiplinan pemain benar-benar diutamakan," terang Riedl seusai melaksanakan seleksi di Senayan, Jakarta, akhir pekan lalu.

Sebagai pelatih, Riedl mengaku ingin mengubah performa tim agar lebih tangguh. Tangguh bagi Riedl bukan hanya kemampuan individual, melainkan soliditas tim dan rajin dalam mengikuti program latihan.

Diibaratkan seorang Lionel Messi bisa tampil bagus karena latihan. Jika Messi macam-macam dalam latihan, dia pun akan dicoret. Pemain yang tidak bisa menunjukkan performa dan disiplin yang baik akan dikeluarkan.

Sebagai pelatih kepala timnas, pria berusia 61 tahun itu memang memiliki otoritas penuh untuk bersikap tegas agar terbentuk skuat yang solid.

Sikap keras Riedl ini mengundang kontroversi. Beberapa pihak memuji ketegasan tersebut, tapi tak sedikit pula yang mengecamnya. Namun Riedl tak acuh terhadap penilaian orang yang memandangnya terlalu berlebihan dalam melatih.

Terlebih, Riedl menerapkan pemusatan latihan atau training camp bagi timnas yang terpilih secara tertutup yang dimulai Senin (24/1) mendatang.

"Jika ingin membentuk pemain berlevel tinggi, saya harus lakukan pemusatan ini, melihat buruknya kondisi fisik para pemain dan waktu persiapan yang pendek. Saya janjikan terjadi peningkatan fisik pemain," ungkap pria yang hemat berbicara ini. Riedl hanya memiliki waktu satu bulan untuk mempersiapkan timnas menghadapi partai melawan Turkmenistan dalam kualifikasi Olimpiade 2012, 23 Februari mendatang.

Catatan manis

Mantan penyerang andalan timnas Austria itu sedang berjuang mengukir catatan manis bagi persepakbolaan Indonesia. Jika dia mampu membawa timnas Indonesia U-23 meraih medali emas SEA Games 2011, itu menjadi rapor biru bagi timnas Indonesia sekaligus dirinya sebagai pelatih.

Karier kepelatihan Riedl dimulai sejak 1990 ketika menangani timnas Austria, dan sudah 12 tahun malang melintang di persepakbolaan kawasan Asia Tenggara. Tak ayal, ia bukan nama asing dalam persepakbolaan khususnya di Asia Tenggara.

Dua negara yang pernah merasakan sentuhan kepelatihan Riedl adalah Vietnam dan Laos. Bahkan dalam ajang SEA Games tahun lalu, para pemain Laos yang dilatih Riedl berhasil mengalahkan Indonesia 2-0. Saat melatih Vietnam, Riedl juga berhasil membuat sejarah dengan membawa Vietnam lolos ke perempat final Piala Asia 2007.

Pengalaman yang dipunyai Riedl itulah yang membuat PSSI menariknya untuk melatih timnas Indonesia. Dengan sudah mengetahui karakter dan peta kekuatan sepak bola di wilayah Asia Tenggara, diharapkan Riedl tidak harus lama untuk beradaptasi dan mampu membawa timnas Indonesia berprestasi kembali setidaknya di kawasan ASEAN. (*/M-1)


To be continued...